Nama :
Dino Ari Nanda
Kelas : 4IA12
NPM : 58414965
Kelas : 4IA12
NPM : 58414965
SIKAP HIDUP DALAM MENGHADAPI COBAAN
Kehidupan
manusia tidak selamanya bahagia dan lapang. Kadang kita mendapatkan musibah
atau cobaan. Contohnya : sakit, anggota keluarga meninggal, gagal usaha,
terjadinya bencana alam yang membuat kehilangan harta benda.
Seharusnya
dari musibah diatas kita harus lebih sabar dan tabah sebab Allah swt menguji
keimanan kita apakah kita masih tetap beribadah kepada Allah meskipun harta
kita diambil atau kita beribadah kepada Allah swt hanya karena untuk mendapat
imbalan. Untuk sabar dalam menghadapi musibah kita dapat flashback ke kisah
Nabi Ayub A.S
Dalam hidup pasti ada cobaan dan ujian
yang selalu datang menghampiri kita. Namun, bentuk cobaan itu datang dengan
cara yang berbeda-beda. Kebanyakan dari kita biasanya menganggap segala bentuk
cobaan itu berbentuk musibah saja. Tapi
sebenarnya kenikmatan dan rizki juga merupakan salah satu dari sekian banyak
bentuk cobaan yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya.
Allah Swt memberikan cobaan agar kita
menjadi lebih dewasa dan matang dalam mengarungi kehidupan. yakinlah bahawa
semakin besar dan banyak cobaan yang Allah turunkan kepada kita, makin besar
pula pahala dan sayang Allah yang akan dilimpahkan kepada kita. Dengan syarat,
kita dapat menyelesaikan setiap ujian hidup itu secara baik.
Yakinlah
bahawa ujian itu akan menghapuskan dosa-dosa yang pernah kita kerjakan Abu Said
dan Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahawa Nabi saw. bersabda: “Seorang muslim
yang ditimpa penderitaan, kegundahan, kesedihan, kesakitan, gangguan, dan
kerisauan, bahkan hanya terkena duri sekalipun, semuanya itu merupakan kafarat
(penebus) dari dosa-dosanya (H.R. Bukhari dan Muslim).
Selalulah
untuk berfikir positif bahawa apa – apa pun yang menimpa diri kita akan menjadi
kebaikan. yakinlah bahawa setelah kita ditimpa kesulitan, maka akan ada
kemudahan
Selalu
optimistik bahawa kita boleh menyelesaikan setiap ujian hidup yang Allah
berikan, kerana Allah tidak akan memberikan ujian hidup di luar kemampuan
hamba-Nya. Optimis dapat melahirkan tenaga yang tersembunyi dalam diri
kita, kerana itu optimis boleh menjadi bahan bakar untuk menyelesaikan segala
persoalan.
Tingkatan Siakap Dalam Menghadapi Cobaan
Marah
Tingkatan
yang pertama adalah marah dengan takdir yang Allah berikan. Boleh jadi ia marah
dalam hatinya dengan bergumam, boleh jadi ia ucapkan dengan lisannya. Orang
yang marah dengan takdir Allah, maka ia dikhawatirkan terjerumus dalam
perbuatan kesyirikan dengan sebab ia mencela takdir.
Sabar
Ketika seseorang merasakan beratnya
ujian dan tidak suka dengan ujian yang menimpanya, namun ia lebih memilih
bersabar sehingga ia merasa ada atau tidaknya ujian sama saja. Meskipun ia
tidak menyukainya, namun keimanannya menghalanginya untuk marah.
Bersabar ketika menghadapi cobaan
hukumnya wajib, dan seseorang yang tidak bersabar ketika itu akan terjerumus
dalam dosa. Dan sabar adalah tingkatan yang paling minimal yang dimiliki oleh
seorang Muslim ketika menghadapi cobaan.
Ridha
Tingkatan ketiga lebih tinggi dari
tingkatan sebelumnya, yaitu ridha. Ia jadikan ujian dan nikmat yang menimpanya
sama saja, yaitu sama-sama bagian dari takdir dan ketetapan Allah, meskipun
musibah tersebut membuat hatinya sedih, karena ia adalah seorang yang beriman
pada qadha dan qadar.
Dimana saja Allah tetapkan qadha dan
qadarnya, seperti tertimpa kesulitan atau mendapatkan kemudahan, tatkala
mendapat nikmat atau sebaliknya yaitu tertimpa musibah, semua itu sama saja
baginya. Bukan karena matinya hati, namun karena kesempurnaan ridha dengan
takdir Allah, sebagai Rabb yang mengatur urusannya. Jika ia melihat dalam
kacamata takdir Allah, baginya sama saja antara nikmat dan musibah. Sehingga
hal inilah yang menjadi pembeda antara sabar dan ridha.
Syukur
Ini adalah tingkatan
tertinggi dan yang paling utama dalam menghadapi cobaan. Karena ia bisa
bersyukur atas musibah yang menimpanya. Oleh karena itu, ia bisa menjadi hamba
Allah yang penuh rasa syukur ketika ia melihat masih banyak orang lain yang
lebih berat musibahnya dibandingkan dirinya. Musibah dalam hal dunia lebih
ringan dibandingkan musibah dalam hal agama, karena adzab di dunia lebih ringan
dibandingkan adzab di akhirat.
No comments:
Post a Comment