Monday, December 25, 2017

Pengantar Bisnis Informatika



Nama : Dino Ari Nanda
Kelas : 4IA12
NPM  : 58414965

SIKAP HIDUP DALAM MENGHADAPI COBAAN

Kehidupan manusia tidak selamanya bahagia dan lapang. Kadang kita mendapatkan musibah atau cobaan. Contohnya : sakit, anggota keluarga meninggal, gagal usaha, terjadinya bencana alam yang membuat kehilangan harta benda.
Seharusnya dari musibah diatas kita harus lebih sabar dan tabah sebab Allah swt menguji keimanan kita apakah kita masih tetap beribadah kepada Allah meskipun harta kita diambil atau kita beribadah kepada Allah swt hanya karena untuk mendapat imbalan. Untuk sabar dalam menghadapi musibah kita dapat flashback ke kisah Nabi Ayub A.S
        Dalam hidup pasti ada cobaan dan ujian yang selalu datang menghampiri kita. Namun, bentuk cobaan itu datang dengan cara yang berbeda-beda. Kebanyakan dari kita biasanya menganggap segala bentuk cobaan itu berbentuk musibah saja. Tapi sebenarnya kenikmatan dan rizki juga merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk cobaan yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya.
        Allah Swt memberikan cobaan agar kita menjadi lebih dewasa dan matang dalam mengarungi kehidupan. yakinlah bahawa semakin besar dan banyak cobaan yang Allah turunkan kepada kita, makin besar pula pahala dan sayang Allah yang akan dilimpahkan kepada kita. Dengan syarat, kita dapat menyelesaikan setiap ujian hidup itu secara baik.
Yakinlah bahawa ujian itu akan menghapuskan dosa-dosa yang pernah kita kerjakan Abu Said dan Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahawa Nabi saw. bersabda: “Seorang muslim yang ditimpa penderitaan, kegundahan, kesedihan, kesakitan, gangguan, dan kerisauan, bahkan hanya terkena duri sekalipun, semuanya itu merupakan kafarat (penebus) dari dosa-dosanya (H.R. Bukhari dan Muslim).
Selalulah untuk berfikir positif bahawa apa – apa pun yang menimpa diri kita akan menjadi kebaikan. yakinlah bahawa setelah kita ditimpa kesulitan, maka akan ada kemudahan
Selalu optimistik bahawa kita boleh menyelesaikan setiap ujian hidup yang Allah berikan, kerana Allah tidak akan memberikan ujian hidup di luar kemampuan hamba-Nya. Optimis dapat  melahirkan tenaga yang tersembunyi dalam diri kita, kerana itu optimis boleh menjadi bahan bakar untuk menyelesaikan segala persoalan.

Tingkatan Siakap Dalam Menghadapi Cobaan

Marah
Tingkatan yang pertama adalah marah dengan takdir yang Allah berikan. Boleh jadi ia marah dalam hatinya dengan bergumam, boleh jadi ia ucapkan dengan lisannya. Orang yang marah dengan takdir Allah, maka ia dikhawatirkan terjerumus dalam perbuatan kesyirikan dengan sebab ia mencela takdir.

Sabar
Ketika seseorang merasakan beratnya ujian dan tidak suka dengan ujian yang menimpanya, namun ia lebih memilih bersabar sehingga ia merasa ada atau tidaknya ujian sama saja. Meskipun ia tidak menyukainya, namun keimanannya menghalanginya untuk marah.
Bersabar ketika menghadapi cobaan hukumnya wajib, dan seseorang yang tidak bersabar ketika itu akan terjerumus dalam dosa. Dan sabar adalah tingkatan yang paling minimal yang dimiliki oleh seorang Muslim ketika menghadapi cobaan.

Ridha
Tingkatan ketiga lebih tinggi dari tingkatan sebelumnya, yaitu ridha. Ia jadikan ujian dan nikmat yang menimpanya sama saja, yaitu sama-sama bagian dari takdir dan ketetapan Allah, meskipun musibah tersebut membuat hatinya sedih, karena ia adalah seorang yang beriman pada qadha dan qadar.
Dimana saja Allah tetapkan qadha dan qadarnya, seperti tertimpa kesulitan atau mendapatkan kemudahan, tatkala mendapat nikmat atau sebaliknya yaitu tertimpa musibah, semua itu sama saja baginya. Bukan karena matinya hati, namun karena kesempurnaan ridha dengan takdir Allah, sebagai Rabb yang mengatur urusannya. Jika ia melihat dalam kacamata takdir Allah, baginya sama saja antara nikmat dan musibah. Sehingga hal inilah yang menjadi pembeda antara sabar dan ridha.

Syukur
Ini adalah tingkatan tertinggi dan yang paling utama dalam menghadapi cobaan. Karena ia bisa bersyukur atas musibah yang menimpanya. Oleh karena itu, ia bisa menjadi hamba Allah yang penuh rasa syukur ketika ia melihat masih banyak orang lain yang lebih berat musibahnya dibandingkan dirinya. Musibah dalam hal dunia lebih ringan dibandingkan musibah dalam hal agama, karena adzab di dunia lebih ringan dibandingkan adzab di akhirat.
       


No comments:

Post a Comment